Jumat, 30 Desember 2011

KENANGAN SEORANG SAHABAT LAMA


     Saya mengenalnya ketika berada di kelas 1 Sekolah Menengah Kejuruan. Waktu itu ia selalu tersenyum dan menyapa saya.
Kamipun jadi sering bertegur sapa. Akhirnya saya mulai akrab dengannya. Setelah berada duduk di kelas 2 kami duduk sebangku dan saya mulai mengenalnya lebih jauh. 
Ia adalah seorang yang sangat sederhana dan teman-teman bilang ia orang yang  cuek. Kalau bicara juga suka blak-blakan. Ia juga membenci hal-hal yang bersifat cengeng. Entah bagaimana saya yang kata orang bersifat lembut dan pendiam bisa akrab dengannya. Tapi bagi saya ia adalah teman yang menyenangkan dan selalu mengerti saya.

     Hari-hari saya lalui bersamanya dalam suka dan duka. Kesederhanaan dan kecuekannya membuatnya justru  cukup di kenal diantara  teman-teman sekelas. Kehidupannya yang menumpang tinggal di rumah saudara dan jauh dari orang tua kadang membuat saya turut prihatin. Apalagi ketika kiriman uang sekolah terlambat datang ia harus berpikir keras  mengatasi pembayaran uang sekolah yang sudah jatuh tempo dan pengeluaran biaya-biaya lain sehari-hari. Berbeda sekali dengan diri saya yang tinggal bilang ke orang tua langsung diberikan. Namun keadaannya itu tidak pernah membuatnya mengeluh.

     Ia selalu menemani saya kemana saja saya mau. Bahkan kami senang berjalan kaki tak peduli panas terik membakar kulit kami atau hujan menyirami tubuh kami. Kami berbeda agama dan saya selalu menghindari pembicaraan tentang agama karena ia pasti akan bersikeras tentang keyakinannya itu.  Ini memang hal yang  agak sensitive kalau tiba-tiba  secara tidak sengaja tersentuh dan jadi bahan pembicaraan kami. Sebenarnya dalam segala hal ia termasuk orang yang keras dalam mempertahankan pendapatnya. Dan ia adalah orang yang selalu mengatakan apa adanya  tentang sesuatu. Kalau  menurutnya baik dikatakan baik dan kalau  menurutnya jelek dikatakan jelek tanpa basa basi. Tentu sangat berbeda dengan diri saya yang selalu hati-hati dalam berkata-kata  dan takut membuat orang lain tersinggung. Namun perbedaan-perbedaan ini tidak menjadi penghalang kami berteman dekat. Saya bisa sangat mengerti dengan sifatnya dan mungkin ia juga begitu terhadap saya. Perselisihan-perselisihan kecil adalah bumbu persahabatan kami.

     Tanpa terasa kebersamaan kami akhirnya dipisahkan karena kami sudah menyelesaikan sekolah kami. Iapun kembali ke kota tempat orang tuanya tinggal. Dan saya tetap berada di kota saya. Tapi komunikasi kami tidak pernah putus karena kami saling berkirim surat. Itu yang kami lakukan karena ketika itu belum ada handphone yang mempermudah untuk saling berkomunikasi. Ia menceritakan keinginannya untuk bekerja di luar negeri agar bisa mendapatkan penghasilan yang lebih besar. Bahkan ia sempat mengatakan punya rencana mau melamar kerja di kapal pesiar Amerika.

     Beberapa waktu kemudian tiba-tiba ia muncul dihadapan saya. Tentu saya sangat senang dapat bertemu lagi dengannya.
Ia mengatakan ada keperluan dengan saudaranya yang tinggal di kota saya. Beberapa hari saya habiskan waktu bersamanya sehingga akhirnya ia kembali kotanya. Dan kami masih melanjutkan surat menyurat. Ia kemudian mengabarkan  akan bekerja di negeri jiran, Malaysia. Kemudian ketika ia sudah bekerja kami tetap berkomunikasi  melalui surat bahkan kirim -kirim foto. Sungguh panjang isi surat-surat kami  sampai beberapa lembar halaman folio saking banyak yang diceritakan. Bahkan saya selalu membaca surat yang akan saya kirimkan padanya berkali-kali untuk memastikan tak ada cerita yang terlewatkan untuk  disampaikan padanya.

     Beberapa tahun berada di negera tetangga akhirnya ia kembali ke kotanya. Ia kemudian bercerita kalau orang tuanya akan pindah ke kota lain. Dan setelah pindahpun ia tetap berkirim surat kepada saya. Sampai suatu hari ia mengatakan akan mengunjungi seseorang kerabatnya yang tinggal di Jawa Barat. Dan saya juga sudah lupa  dalam suratnya ia menceritakan apakah ia akan tinggal di sana atau hanya berkunjung saja. Itulah surat terakhir yang  saya terima darinya. Karena surat saya kemudian tidak berbalas lagi. Saya benar-benar kehilangan jejaknya. Pernah saya datangi ke tempat tinggalnya dahulu ketika masih menumpang di rumah saudaranya sekedar mencari kabar beritanya. Tapi ternyata saudaranya itu telah pindah.

     Sekian tahun sudah berlalu dan kini ketika era internet sudah merajalela  yang namanya jejaring social dan pertemanan facebook tentu sudah tak asing lagi bagi sebagian orang. Dari yang anak-anak sampai yang tua menggunakan media ini untuk berinteraksi dengan teman-temannya. Dan sayapun menemukan banyak teman lama melalui jejaring social ini. Satu per satu teman lama saya temukan. Kami bisa saling menyapa bahkan bertemu langsung dengan beberapa teman-teman lama. Namun sampai saat ini saya tidak menemukan keberadaan sahabat saya itu.

     Pertemuan dengan teman-teman lama tentu sangat menyenangkan walau sekedar lewat dunia maya. Saya yang dulu pendiam, pemalu, dan tertutup ternyata tak cukup diingat dengan baik oleh beberapa teman saya. Tapi   bagaimana saya mengingatkan mereka tentang diri saya? Bahkan di foto-foto jadul yang bermunculan di dinding facebook pun foto - foto saya nyaris tak ada karena saya memang dulu  tak suka di foto. Tapi ketika saya menyebut nama sahabat saya itu pasti semua mengingatnya . Jadi saya selalu menyebut bahwa saya adalah yang dulu duduk sebangku dengannya. Dan merekapun mulai mengingatnya.

    Saya sangat berharap pertemuan dengannya kembali. Membayangkan komunikasi kami dulu dengan surat saja sudah begitu serunya serasa tak mengingat rentang waktu dan jarak. Namun dengan kemajuan tekhnologi yang ada  sekarang ini urusan berkomunikasi jarak jauh jadi lebih praktis lagi. Seandainya pun ia bukan orang yang sempat  bersentuhan dengan internet atau jejaring social facebook saat ini tentulah ia memiliki handphone  yang juga bisa digunakan untuk berkomunikasi langsung.   Dengan sekali tekan komunikasi sudah terhubung  dan bisa mengobrol sepuasnya. Dan dengan hanya mengetik sekumpulan kata-kata  kabar beritapun terkirim ke tujuan dalam beberapa detik. Bayangkan dulu kami harus menunggu berhari-hari untuk saling berbalas kabar tapi kami senang melakukannya. Sesungguhnya di hati kecil saya punya keyakinan saya pasti akan segera mengetahui keberadaannya walaupun mungkin tidak dalam waktu dekat ini. Semoga saja sahabat saya itu kini selalu diberi kebahagian dan kesehatan sehingga kami dapat bertemu kembali atau paling tidak dapat saling memberi kabar. Saya sangat menantikan kabar nya. I miss you, my friend.

1 komentar:

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    BalasHapus