Selasa, 06 Maret 2012

MENULIS



Menulis itu suatu kegiatan yang sudah kita mulai sejak mengenal huruf. Dulu ketika kita mulai menulis tentunya dimulai dengan menulis alphabet. Kemudian ketika sudah menghafal huruf, mengeja dan merangkainya menjadi kata kitapun mulai menulis kata. Ketika kita sudah bisa menulis kata kita pun merangkainya menjadi kalimat. Dan saat kita sudah bisa menulis kita juga diberi pelajaran mengarang.  Itulah tahap-tahapan yang kita lalui saat  awal-awal bersekolah dulu .

Membaca dan menulis adalah pelajaran dasar yang harus kita kuasai ketika kita mulai menimba ilmu sejak usia dini. Karena lewat kegiatan tersebutlah kita melakukan proses dasar belajar. Jadi sebenarnya sudah sangat lama kita mengenal kegiatan yang sangat sederhana itu. Namun sejak tidak lagi melakukan kegiatan belajar mungkin juga di antara kita jarang melakukan kegiatan ini. Kecuali untuk menulis yang berhubungan dengan pekerjaan tentunya.

Ketika dulu sewaktu kecil begitu saya sudah bisa menulis yang saya rasakan adalah sama seperti kebanyakan teman-teman yang lain. Karena menulis di sini  hanyalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menyalin pelajaran  yang didapat dari guru di sekolah agar dapat dibaca dan dipelajari lagi di rumah. Nah kegiatan tersebut lebih tepat kalau kita sebut mencatat.

Menulis menjadi kebiasaan yang saya lakukan di luar mencatat pelajaran di sekolah dimulai  ketika saya merasa ingin berbagi bila sedang ada masalah. Kalau seperti  ini baru kita sebut menulis yang bukan hanya mencatat melainkan merangkai kata yang kemudian menjadi kalimat yang membentuk sebuah   makna atau yang lebih luas menjadi sebuah cerita. 

Seharusnya saya bercerita kepada seseorang. Kepada teman, misalnya. Seorang teman tentunya akan memberikan pendapatnya atau solusi untuk sebuah masalah daripada melampiaskan pada selembar kertas. Namun karena sifat saya yang tertutup selalu menyimpan dan memendam semua rasa di dalam hati saja jadi teman-teman saya malah menganggap saya seseorang yang jalan hidupnya mulus tanpa masalah. Biarlah mereka menganggap seperti yang mereka pikirkan. Padahal saya selalu mengungkap rasa  dan  ganjalan hati lewat menulis tanpa siapapun yang membacanya. Namun sayangnya saya tidak pernah menyimpan tulisan itu lama ataupun meyimpannya dalam buku diary. Perasaan saya waktu itu malu saja pada diri sendiri karena merasa seolah-olah mengumbar perasaan secara berlebihan.

 Kalau  saya ingin curhat saya hanya menulis di kertas saja lalu  merobek, membuang, dan melupakannya. Pada saat itu saya merasa tidak ada yang menarik dari tulisan saya. Dan sayapun akan merasa malu kalau sampai orang lain yang membacanya. Makanya saya juga nggak pernah jadi punya buku diary karena menulisnya tak pernah tuntas dan selalu merasa khawatir jika sampai ada yang sempat membaca ungkapan hati yang sangat pribadi itu.  Terlepas dari tidak suka menulis di buku diary bukan berarti malas menulis atau tak tertarik pada urusan menulis. Kalau diminta memilih misalnya dalam mengungkapkan pendapat secara lisan atau tulisan jelas-jelas saya akan memilih yang kedua.

Saya mulai menyimpan hasil tulisan berawal dari ketika di sekolah dulu  saya punya teman-teman sekelompok  atau grup atau bisa juga di sebut geng. Waktu zaman-zaman sekolah dulu kan kita temannya suka mengelompok membentuk geng-geng tersendiri. Ketika itu saya menyediakan sebuah buku yang isinya kegiatan kelompok geng saya sehari-hari. Buku itu saya buatkan kata pengantar dan pembukaan. Selanjutnya anggota kelompok yang terdiri dari empat orang secara bergantian menulis semua kegiatan dan pengalaman yang kami jalani sehari-hari .  Adapun awal mulanya saya menganjurkan teman-teman menulis di buku itu agar suatu hari bisa mengenang semua kejadian yang terjadi pada masa itu. Kamipun menulis apa saja kegiatan dan peristiwa yang kami alami sehari-hari dari kejadian lucu sampai kejadian yang menyebalkan. Awalnya mereka rajin walaupu hanya menulis beberapa kalimat saja tapi lama-lama teman-temanku itu sudah mulai malas menulis. Akhirnya sayalah yang paling rajin menulis di buku tersebut. Saya terus menulis semua kejadian yang kami alami di buku itu sampai kami menamatkan sekolah dan berpisah. Buku itu sekarang masih saya simpan. Jika saya kangen dengan teman-teman dan kisah-kisah waktu di sekolah saya akan membacanya.

Ketika saya menulis saya merasa senang. Kadang-kadang saya membaca berulang-ulang tulisan saya  dan saya merasa puas. Teman-teman yang sempat membaca juga mengatakan tulisan saya enak dibaca. Tapi semua hanya sampai segitu saja. Saya tidak pernah menyadari hal tersebut sesungguhnya adalah nilai lebih yang saya miliki jika saya bisa mengembangkannya. Pemikiran saya yang terlalu datar sehingga tidak pernah terpikir menggali potensi yang di dalam diri saya. Saya malah bersalah kalau menganggap saya lebih. Akhirnya saya menganggap ya saya biasa-biasa saja dan bisa menulis lebih baik bukan berarti punya kelebihan .

Saya juga hobi membaca. Salah satu yang suka adalah baca fiksi. Diantaranya saya suka baca cerpen. Karena suka baca cerpen saya pernah mencoba menulis cerpen.  Pada suatu ketika teman saya mengajak mengirimkan ke media. Itulah pengalaman pertama mengirim tulisan berupa cerpen ke media. Waktu itu buat cerpennya kerja sama dengan teman saya yang suka baca cerpen juga. Nggak tahu nasibnya bagaimana cerpen itu, nggak ada kabar beritanya. Penasaran saya kirim lagi hasil karya saya sendiri. Sama nasibnya seperti yang pertama. Sayapun berpikir memang nggak mudah menembus media untuk seseorang pemula yang masih hijau seperti saya. Dan saya berpikir saat itu tak usahlah berpikir macam-macam lagi sampai mau mempublikasikan tulisan. Cukuplah hanya untuk diri sendiri saja.

Ketika sekian tahunpun sudah berlalu saya  nggak pernah memikirkan lagi untuk menulis bahkan menulispun sudah jarang. Saya masih menganggap keahlian menulis itu tidak terlalu penting. Tapi saya suka membaca. Sehingga timbul niat saya lagi untuk menulis dan mengirimkan ke media. Waktu itu sayapun masih mengirim cerpen. Namun sama seperti beberapa tahun sebelumnya cerpen tersebut nggak tahu nasibnya. Begitupun saya buat lagi dan kirim lagi. Sama juga hasilnya. Jadi saya berpikir ya sudahlah. Begitu akhirnya saya nggak pernah lagi menekuni menulis. Sekarang ini kalau saya pikir-pikir dulu itu saya begitu mudahnya menyerah dan berhenti. Memang waktu itu nggak ada yang memberi motivasi dan semangat sehingga saya berhenti total  dan melupakan saja keinginan saya.  Atau pun salahnya saya terlalu mengganggap hal tersebut tidak begitu penting buat diri saya. Sehingga semua waktu saya pun berlalu begitu saja.

Kini sekian tahunpun kembali berlalu. Mungkin terlalu berlebihan kalau saya bilang saya berbakat menulis ataupun pernah bercita-cita menjadi penulis. Kalau dibilang bakat  seharusnya saya sudah menulis sejak kecil. Paling tidak rajin menulis di buku diary seperti yang kebanyakan orang lakukan untuk sekedar menuangkan uneg-uneg dan perasaannya meskipun mereka mengaku tidak berbakat menulis. Tepatnya mungkin mereka menulis diary  hanya sebuah kebutuhan pelampiasan perasaan yang mengendap. Lantas kalau dibilang cita-cita? Sedikit sekali usaha yang saya lakukan untuk mewujudkannya. Yang ada dalam pikiran saya bahwa saya bisa menulis yang baik dan saya menikmati jika membacanya serta saya merasa nyaman melakukannya.

 Sejak mengenal dunia internet saya merasa dapat menjelajahi segala pelosok yang ada di dunia maya. Dari petualangan di internet sayapun menemukan komunitas menulis yang bertebaran di jejaring social.Setelah bergabung dan berinteraksi on line dengan anggota komunitas penulis tersebut saya jadi  merasa terpacu untuk mengukur sampai sejauh mana kemampuan menulis saya ini. Dan saya yakin Tuhan menganugerahkan hal tersebut bukan untuk sesuatu yang disia-siakan. Pasti anugerah ini adalah bekal yang sangat berguna untuk kehidupan saya. Saya harus percaya dan tidak hanya membiarkan saja kemapuan menulis ini menjadi sesuatu yang tak bermanfaat. Semoga  saat inilah saya memberi kesempatan  diri untuk berkembang walaupun sudah agak terlambat untuk memulai lagi. Tetap harus percaya diri. Bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar